Gunung Semeru, Menjulang Tinggi Bagai Tombak diatas Pulau Jawa

Gunung Semeru merupakan sebuah gunung berapi aktif yang berada di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru juga menjadi gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl).
Menurut Wikipedia, Gunung Semeru terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia.
Gunung Semeru menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.
Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Secara administratif, Gunung Semeru termasuk kedalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Gunung Semeru juga termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Gunung Semeru memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaeceous atau huntan gunung.
Posisi geografis Gunung Semeru terletak antara 8°06′ LS dan 112°55′ BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga pada akhir November 1973.
Di sebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah yang menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Orang Pertama yang Mendaki Gunung Semeru
Orang Eropa pertama yang mendaki Gunung Semeru ini adalah Clignet dan Winny Brigita pada tahun 1938, merupakan seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda.
Mereke berdua menempuh jalur pendakian dari sebelah barat daya melalui Widodaren.
Selanjutnya adalah Junghuhn pada tahun 1945, seorang ahli botani yang juga berkebangsaan Belanda, ia mendaki dari utara melewati Gunung Ayek-ayek, Gunung Inder-inder dan Gunung Kepolo.
Kemudian pada tahun 1911, Van Gogh dan Heim melalui lereng utara dan setelah tahun 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo hingga saat ini.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Gunung Semeru termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah dengan luas 50.273,3 hektar.
Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gunung Tengger antara lain: Gunung Bromo (2.392 m), Gunung Batok (2.470 m), Gunung Kursi (2.581 m), Gunung Watangan (2.662 m) dan Gunung Widodaren (2.650 m).
Selain itu juga terdapat empat danau (ranu) diantaranya adalah Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan juga Ranu Darungan.
Di dalam wilayah Gunung Semeru juga terdapat beranega ragam jenis flora yang banyak didominir oleh pepohonan cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan edelwis putih.
Tanaman edelwis juga banyak dijumpai di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Selain edelwis, terdaat pula spesies bunga anggrek endemik yang hidup di sekitar Gunung Semeru bagian selatan, yakni Anggrek Selop.
Beberapa jenis fauna yang juga menghuni Gunung Semeru diantaranya adalah macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil dan lain-lainnya. Sedangkan di Ranu Kumbolo juga terdapat belibis yang masih hidup dengan liar.
Iklim di Gunung Semeru
Iklim di wilayah Gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm – 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari / tahun dan musim hujan biasanya jatuh pada bulan November hingga April.
Suhu udara di puncak Gunung Semeru berkisar antara 0 hingga 4 derajat celcius. Suhu rata-rata berkisar antara 3 °C – 8 °C pada malam dan dini hari. Sedangkan pada siang hari berkisar antara 15 °C – 21 °C.
Selain itu, di beberapa wilayah kadang-kadang terjadi hujan salju kecil pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya.
Gas Beracun di Gunung Semeru
Di puncak Gunung Semeru biasanya pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi selatan, hal ini dilakukan bukan karena tanpa alasan, namun karena terdapat gas beracun dan aliran lahar.
Gas beracun tersebut biasa dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel oleh penduduk setempat. Pada siang hari arah angin biasanya menuju ke puncak, untuk itu sebisa mungkin hindari datang siang hari ke atas puncak, dikarenakan gas beracun dan letusan mengarah ke puncak mengikuti angin.
Letusan biasanya disertai asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan antara 300 – 800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan bebatuan yang panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat.
Soe Hok Gie, yang merupakan salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan juga mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama dengan rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.